Nabi Muhammad membawa manusia kepada puncak tingkatan kebahagiaan dengan sangat cepat, siapa yang memperhatikan dengan seksama kondisi manusia sebelum kedatangannya dan kesesatan yang terjadi lalu melihat kondisi mereka setelah kedatangannya dan peningkatan yang terjadi pada zamannya maka ia akan melihat perbedaan yang sangat mencolok antara keduanya bagaikan antara bintang dan daratan
Nabi Muhammad diutus sebagai nabi, maka dengan keberkahan kenabiaannya dan apa yang dibawanya berupa penjelasan dan petunjuk, Allah memberi hidayah kepada manusia, beliau datang kepada umat manusia membawa ilmu yang bermanfaat, amal shaleh, akhlak mulia dan petunjuk yang lurus, yang jika hikmah berupa ilmu dan amal dari seluruh umat dikumpulkan dan dibandingkan dengan hikmah yang beliau bawa sebagai nabi maka terdapat perbedaan yang sangat besar, maka segala puji bagi Allah sebagaimana yang disenangi dan diridhai-Nya.
Dari sisi akidah; mayoritas manusia terjatuh pada perbuatan syirik dan penyembahan kepada selain Allah, bahkan hal itu terdapat pada mayoritas ahlul kitab terdahulu yang memiliki kitab suci yang telah diubah-ubah. Kemudian Rasulullah datang dengan tauhid yang murni, ibadah hanya kepada Allah semata tanpa ada kesyirikan di dalamnya dan beliau mengeluarkan manusia dari penghambaan kepada makhluk kepada penghambaan kepada Tuhannya makhluk. Maka dengan tauhid, jiwa mereka menjadi suci dari najis syirik dan kotoran ibadah kepada selain Allah, Ia mengutusnya dengan ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Allah Ta’ala berfirman: {Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”}
[QS. Al Anbiya:25]
Dan firman-Nya: {Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang} [QS. Al Baqarah:163]
Dari sisi sosial; ketika Rasulullah diutus sebagai rasul, kezaliman dan perbudakan meraja lela, sistem kasta yang terkutuk membagi manusia menjadi tingkatan-tingkatan, mereka saling memperbudak dan saling menzalimi satu sama lain, maka beliau datang membawa keadilan dengan menyetarakan seluruh manusia, baik arab maupun ‘ajam, kulit putih maupun kulit hitam, tidak ada yang lebih mulia kecuali dengan ketakwaan dan amal shaleh. Allah Ta’ala berfirman: {Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu}
[QS. Al Hujurat:13]
Ia mengajak kepada sikap adil, berbuat baik, solidaritas dan melarang sikap zalim, perbuatan mungkar dan kezaliman. Allah Ta’ala berfirman: {Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran} [QS. An Nahl:90]
Bahkan beliau menjaga hak manusia hingga hak-hak moral, maka beliau melarang seorang mengejek orang lain. Allah Ta’ala berfirman: {Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki- laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim}
[QS. Al Hujurat:11]
Dari sisi akhlak; Allah mengutus nabi-Nya di saat moral masyarakat rusak, tidak memiliki etika dan akhlak, maka Nabi datang membawa akhlak terpuji dan etika mulia kepada manusia agar kehidupannya bahagia dengan perlakuan yang baik dan mulia. Rasulullah bersabda: «Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia» (HR. Baihaqi), bahkan Allah menyebutkan bahwa ia memiliki akhlak mulia, Allah Ta’ala berfirman: {Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung} [QS. Al Qalam:4]
Beliau menjadi contoh dalam masalah akhlak dan etika, contoh dalam sikap zuhud, hati-hati, hubungan baik, interaksi dan ucapan, dan beliau adalah tauladan dan contoh terbaik dalam segala kebaikan. Allah Ta’ala berfirman: {Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah} [QS. Al Ahzab:21]
Dan terhadap wanita; sebelum Islam datang wanita tertindas, dimana ketika Rasulullah diutus, wanita dihinakan, tidak memiliki hak-hak, sampai-sampai manusia berselisih pendapat tentang wanita, apakah ia manusia atau bukan? Apakah ia memiliki hak hidup atau boleh dibunuh dan dikubur hidup-hidup sementara masih balita?!. Kondisi mereka sebagaimana yang Allah firmankan: {Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu} [QS. An Nahl:58-59]
Dulunya wanita hanyalah permainan yang dipermainkan, boneka yang diperjual belikan, sesuatu yang disepelekan
Kemudian Allah mengutus nabi-Nya untuk memuliakan wanita. Allah Ta’ala berfirman: {Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir} [QS. Ar Rum:21]
Ayat: “Agama yang (diterima) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali Imran:19) dan “Kami tidak mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali bagi seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan” (QS. Saba’:28), kedua ayat ini meninggalkan kesan yang sangat besar dalam diriku, karena di dalamnya terdapat petunjuk tentang ciri khas bagi Islam disamping keistimewaannya berupa aturan-aturan dan syariatnya serta penjelasan sempurna tentang hakikat nabi Isa, maka adakah sesuatu yang lebih kuat dan lebih benar dari ajaran ini yang mengajar kita untuk menghormati segala apa yang dibawa oleh para nabi dan rasul?! Tidak diragukan lagi bahwa agama Islam adalah agama yang benar, jujur dan jelas.
Muhammad menunaikan haji wada’ (perpisahan) dari Medinah menuju Mekah satu tahun sebelum wafatnya, pada saat itu beliau memberi nasehat agung kepada rakyatnya, paragraf pertama dalam nasehatnya mengikis segala apa yang terjadi antara sesama umat Islam berupa perampasan hak, balas dendam dan pertumpahan darah, dan pada paragraf terakhir menjadikan seorang negro yang beriman dan adil sebagai pemimpin, sungguh nasehat yang membangun di dunia aturan-aturan mulia dalam berinteraksi secara adil dan mulia
Muhammad memiliki kemuliaan pribadi yang sangat tinggi, berakhlak mulia, pemalu, sensitif, memiliki kesadaran yang sangat kuat, kecerdasan yang brilian, berperasaan lembut, beliau memiliki akhlak yang sangat mulia dan perilaku yang disenangi
Bahkan Ia perintahkan agar berbakti kepadanya sebagai seorang ibu. Allah Ta’ala berfirman: {Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya}
[QS. Al Isra:23]
Dan Ia mendahulukan bakti kepada ibu daripada bakti kepada ayah. Dan ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah dan berkata: «Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling patut mendapatkan pergaulan baikku? Beliau bersabda: “Ibumu”, lalu ia bertanya: “Kemudian siapa lagi?”, beliau bersabda: “Ibumu”, lalu ia bertanya lagi: “Kemudian siapa?”, beliau bersabda: “Ibumu”, lalu ia bertanya: “Kemudian siapa lagi?”, beliau bersabda: “Ayahmu» (HR.Bukhari). Beliau perintahkan agar memuliakan wanita sebagai seorang anak. Beliau bersabda: «Siapa yang memiliki tiga orang anak wanita yang ia pelihara, sayangi dan santuni maka ia pasti akan mendapatkan surga”. Lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika ia hanya memiliki dua orang anak wanita?”, beliau menjawab: “Walaupun hanya dua anak”» (HR.Ahmad). Dan beliau juga perintahkan untuk memuliakannya sebagai seorang isteri dan beliau menjadikannya ukuran kebaikan seseorang, beliau bersabda: «Orang terbaik adalah yang berbuat baik kepada isterinya, dan aku adalah orang terbaik terhadap isteriku» (HR.Ibnu Majah).
Aku telah membaca kehidupan rasul Islam dengan baik berkali-kali, aku tidak dapati dalamnya kecuali akhlak mulia yang sepantasnya dimiliki, betapa aku berangan-angan jika seandainya Islam adalah jalan hidup bagi seluruh alam semesta
Dahulu pertemuan ahli filsafat diadakan di Eropa untuk membahas apakah wanita memiliki roh sebagaimana laki-laki? Apakah ia memiliki roh manusia atau roh hewan? Perdebatan mereka menyimpulkan bahwa wanita memiliki roh, namun derajatnya jauh di bawah roh laki-laki