Peradaban Islam memiliki unsur-unsur penunjang yang khas dengan ciri-cirinya yang menonjol dan karakteristik yang jelas yang darinya ia membentuk kesatuan jati diri sempurna yang memiliki rambu-rambu tersendiri pada pondasi peradaban, tujuan dan prinsip-prinsipnya walaupun terdapat beberapa persamaan dengan peradaban-peradaban lain
Pondasi peradaban Islam bukan dengan mengkultuskan akal sebagaimana hal itu terdapat pada bangsa Yunani, bukan juga dengan kekuatan dan memperluas pengaruh dan kekuasaan sebagaimana yang terdapat pada bangsa Romawi, tidak juga dengan memuaskan jasmani, kekuatan perang dan politik sebagaimana yang ada pada bangsa Persia, atau bersandar pada kekuatan spiritual sebagaimana pada bangsa India dan sebagian bangsa Cina, atau kekuasaan pemuka agama dengan berbagai mitos dan dongeng di dalamnya yang mengakibatkan kegelapan pada abad pertengahan di Eropa, atau terlena dengan ilmu pengetahuan materi dan pemanfaatan alam serta materialistik yang merajalela sebagaimana jalan peradaban modern yang terwariskan dari Yunani dan Romawi. Namun, peradaban Islam berasaskan Tauhid, pemikiran, ilmu, kerja, spiritual, membangun dan menghormati akal dan memuliakan manusia, yaitu dengan segala hal yang menyangkut seluruh lini kehidupan manusia. Dengan demikian, peradaban Islam berdiri secara independen, memiliki aturan-aturan baku dan universal, memiliki perbedaan yang mendasar dengan dasar-dasar peradaban lain, dan peradaban Islam unggul dengan kekuatan spirit jihad, kesungguhan, adil, toleransi terhadap perbedaan, gemar kebaikan dan menebarkan ilmu untuk seluruh alam semesta. Oleh karena itu, dengan unsur-unsur penunjangnya, ia dicalonkan lagi untuk memimpin umat manusia.
Iman adalah inti jalan kebahagiaan dan pendorong terkuat untuk mendapatkan ilmu dan membangun peradaban. Seluruh peradaban yang tidak tegak di atas iman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya akan terjadi perseteruan internal, saling berperang unsur-unsurnya, saling menghancurkan satu sama lain, karena padanya dijadikan Tuhan-tuhan selain Allah walaupun nama-namanya berbeda, dan ini menyebabkan rusak dan sengsaranya kehidupan manusia!! Allah Ta’ala berfirman {Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan} [QS. Al Anbiya:22]
Dan firman-Nya {Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu} [QS. Al Mukminun:91]
Dan firman-Nya {Katakanlah: “Jikalau ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai ‘Arsy”} [QS. Al Isra:42]
Dampaknya adalah apa yang telah terjadi dan akan terus terjadi pada kebanyakan peradaban, menyimpang dari apa yang diinginkan, melenceng dari arah tujuannya, akhirnya mendatangkan kesengsaraan bagi manusia, walaupun ia berkeinginan untuk mendatangkan kebaikan bagi manusia. Allah Ta’ala berfirman {Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan} [QS. At TAubah:31]
Islam adalah agama global, datang membawa kemaslahatan sepanjang waktu dan tempat, untuk seluruh bahasa dan warga negara, seluruh warna kulit dan ras. Allah Ta’ala berfirman {Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui} [QS. Saba’:28]
Dan firman-Nya {Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam} [QS. Al Furqan:1]
Dan firman-Nya {Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”} [QS. Al A’raf:158]
Dan firman-Nya {Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam} [QS. Al Anbiya:107]
Maka Islam datang dengan akidah yang kokoh, tidak berubah-ubah seiring dengan perubahan kondisi, ia adalah aturan yang tegak di atas prinsip-prinsip keadilan, kebenaran dan kebaikan sesuai dengan tabiat manusia di setiap waktu dan tempat. Semua itu karena ia datang dari sisi Allah yang mengetahui apa yang baik dan bermanfaat bagi Ciptaan-Nya. Allah Ta’ala berfirman {Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?} [QS. Al Mulk:14]
Sebagaimana Islam bukan agama khusus bagi kelompok, warna kulit dan warga negara tertentu, ia adalah agama bagi si putih, hitam, kuning, merah dari manusia, yang lampau, sekarang dan akan datang. Dan siapa saja yang berusaha mencari -walaupun memiliki kemampuan ilmu yang handal- dalam ajaran yang dibawa oleh Nabi Islam hal-hal yang berbau fanatisme kelompok, golongan dan wilayah, maka niscaya ia tidak akan mendapatkannya. Sebagai bukti nyata bahwa ajarannya adalah ajaran yang bersifat global, tidak berpihak kepada golongan tertentu, yaitu bahwa syiar-syiar Islam, ajaran, hukum dan akhlaknya, semuanya relevan bagi seluruh manusia di waktu kapanpun.
Tidak mungkin kita katakana bahwa keadilan atau akhlak mulia tidak sesuai dengan masyarakat tertentu atau waktu tertentu, dan hal ini hanya terdapat dalam agama Islam. Adapun pada sebagian agama-agama lain, telihat sangat jelas sikap fanatisme wilayah, golongan dan ras tertentu. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka {Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui}
[QS. Ali Imran:75]
Pandangan Islam terhadap manusia bahwa Allah menciptakannya untuk menjadi pemimpin dan membangun bumi. Allah Ta’ala berfirman {Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya} [QS. Hud:61]
Dan firman-Nya {Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka}
[QS. Father:39]
Dalam agama Islam, seluruh manusia berdosa jika mereka semua mengabaikan sebuah ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan pembangunan bumi. Nabi Muhammad diutus pada saat manusia hidup dalam kondisi keterbelakangan peradaban dan ilmu serta disibukkan dengan filsafat, perdebatan dan retorika ketimbang membangun, bekerja dan memakmurkan bumi. Nabi membawa manusia, mengangkat derajatnyanya dengan agama Islam, agama peradaban dan pembangunan, tanpa ada perseteruan antara pembangunan dan cahaya rohani, tidak ada kontraversi antara ibadah, berusaha dan membangun dengan kehidupan rohani dan amalan untuk menggapai ridha Tuhannya, bahkan semua itu demi Allah dan di jalan-Nya. Allah Ta’ala berfirman {Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam} [QS. Al An’am:162]
Dalam Islam, ahklak mulia adalah ibadah, bahkan Rasulullah telah mengabarkan kita bahwa tujuan beliau diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia, beliau bersabda: «Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia» (HR.Malik). Maka, jalan menuju peradaban dan kebahagiaan adalah jalan akhlak yang memotivasi untuk berakhlak mulia dan bersikap terpuji. Dan akhlak dalam pandangan Islam mencakup seluruh sisi kehidupan, seperti interaksi manusia terhadap dirinya sendiri, Allah dan orang lain, sebagaimana juga mencakup interaksi seorang muslim dengan non muslim, interaksi dengan anak-anak, orang dewasa, laki-laki, wanita, orang yang sejalan dengannya dan orang yang bertentangan dengannya. Islam memerintahkan bersikap dermawan, berani, adil, kasih sayang, rendah hati, etika baik dalam berinteraksi, jujur, malu, santun, hati bersih, senang dengan kebaikan dan selainnya. Allah Ta’ala berfirman dalam menegaskan penting dan wajibnya bersikap adil walaupun terhadap lawan {Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan} [QS. Al Maidah:8]
Dan firman-Nya tentang ajaran Nabi Muhammad dan penjelasan bahwa ajarannya membawa rahmat bagi seluruh alam semesta, tidak terbatas pada orang-orang yang beriman kepadanya saja {Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam}
[QS. Al Anbiya:107]
Akhlak mulia tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari peradaban Islam dan pilar pokok dalamnya, tidak mungkin akhlak terpuji sirna dari seorang muslim sejati dengan beralasan untuk membangun atau kemaslahatan tertentu atau sebab lain. Allah telah mendidik Nabi Muhammad untuk menjadi panutan dalam hal etika dan akhlak, menjadi panutan terbaik dalam segala hal. Allah Ta’ala berfirman {Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah} [QS. Al Ahzab:21]
Dan Allah menggambarkan bagian dari kasih sayangnya dan keinginan kuatnya agar manusia mendapatkan petunjuk kepada jalan kebahagiaan, Ia berfirman {Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin}
[QS. At Taubah:128]
Dalam Islam tidak dikenal keimamatan yang tidak boleh dipertanyakan, atau rahasia yang tidak dapat direnungkan, bahkan Allah memerintahkan untuk merenungkan dan memikirkan ayat-ayat-Nya, ciptaan dan para umat terdahulu. Allah Ta’ala berfirman {(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka} [QS. Ali Imran:191]
Dan firman- Nya {Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir} [QS. Yunus:24]
Dan firman-Nya {keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan} [QS. An Nahl:44]
Dan firman-Nya {Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya} [QS. Ar Rum:8]
Dan firman-Nya {Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir} [QS. Al Hasyr:21]
Bahkan Allah telah mengajarkan kita bahwa ilmu tidak hanya sekedar prasangka-prasangka, tetapi harus disertai bukti-bukti nyata yang mendasarinya. Allah Ta’ala berfirman {“Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”} [QS. Al BAqarah:111]
Tidak dikenal rahasia-rahasia yang tidak seorangpun mengetahuinya atau imamat yang tidak seorangpun yang dapat mengungkap rahasianya
Kesejahteraan batin maksudnya kebahagiaan rohani manusia dan keselamatannya dari perseteruan internal yang melanda mayoritas manusia pada peradaban moderen, dimana dunia dan akhirat dapat berjalan bersama dengan selamat dalam pikiran manusia, ibadah, bekerja dan membangun dapat berjalan bersama, spritual dan material hidup bersama, ilmu pengetahuan dan agama berjalan bersama. Kesejahteraan internal pada peradaban Islam adalah rambu yang sangat jelas, lahir dari tauhid yang mengkompromikan perkara-perkara tersebut di atas pada diri seorang beriman dengan mudah. Dalam Islam, dunia bukanlah tujuan utama, namun ia adalah ladang untuk akhirat, jalan yang diseberangi menuju akhirat, dan hal ini sangat jelas dalam firman Allah Ta’ala
{Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan} [QS. Al Qashash:77]
Dan firman-Nya {Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung}[QS. Al Jumu’ah:10]
Yaitu: jika engkau telah selesai menunaikan ibadah shalat maka berangkatlah ke tempat kerjamu selama pekerjaan itu halal, berusahalah ikhlas dalamnya dan mengharap Wajah Allah dalamnya, sebagaimana sabda Nabi kepada salah seorang sahabatnya: «Tidaklah engkau beri nafkah kepada keluargamu kecuali engkau akan mendapatkan pahala darinya, hingga sesuatu yang engkau suapkan ke mulut isterimu» (HR.Malik). yakni: dengan memberi makan isterimu engkau mendpatkan pahala. Dalam agama kita, tidak dipisahkan antara dunia dan akhirat, tapi dengan catatan, kita tidak disibukkan dunia dari akhirat, sebagaimana firman Allah Ta’ala {Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi} [QS. Al Munafiqun:9]
Dan firman-Nya juga {Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu}[QS. Al Qashash:77]
Gemar bekerja, cinta isteri, bercanda dengan anak dan memperhatikannya dan sebagainya selama berada pada batas-batas syariat adalah bagian dari agama dan petunjuk Rasulullah, jika tujuannya untuk Allah. Dia berfirman {Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam} [QS. Al An’am:162]
Seluruh kehidupan untuk Allah, hingga hal-hal yang di dalamnya terdapat kebutuhan pribadi, maka ia tergolong dalam ibadah kepada Allah Ta’ala selama niatnya baik.
Dan perdamaian lahiriah bersama manusia, kerabat dekat, kerabat jauh, kawan dan lawan, bahkan salam penghormatan pertama yang diberikan oleh seorang muslim kepada saudaranya adalah “Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” (semoga kesejahteraan senantiasa diberikan kepadamu, dan rahmat serta berkah-Nya). Agama-agama lain tidak pernah merasakan bahagia dan dilindungi sebagaimana pada masa pemerintahan Islam, betapa meruginya dunia dengan kemerosotan sebagian umat Islam. Allah Ta’ala berfirman
{Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya} [QS. Al Maidah:2]
Peradaban Islam mengharuskan individu-individunya untuk memiliki hati yang bersih dan jiwa yang jernih. Allah Ta’ala berfirman dengan menyebutkan doa orang-orang beriman {Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”} [QS. Al Hasyr:10]
Dan firman-Nya {Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih} [QS. Asy Syu’ara:88-89]
Dan Rasulullah bersabda: «Janganlah kalian saling benci, iri dan berpaling, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga malam, dimana keduanya saling bertemu lalu saling berpaling, dan yang terbaik diantara keduanya adalah yang memulai memberi salam» (HR.Muslim). Dan beliau bersabda mengajak untuk saling kasih sayang dan bersatu: «Demi Zat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling kasih sayang, inginkah aku beritahukan kalian tentang sesuatu yang dapat memperkokoh hal itu? Tebarkanlah salam diantara kalian» (HR.Tirmidzi). Rasulullah ditanya tentang orang yang terbaik, maka beliau menjawab: “Setiap orang yang bersih hatinya, jujur perkataannya”, mereka berkata: jujur perkataan telah kami ketahui, namun apakah bersih hati itu? Beliau bersabda: «Yaitu orang yang bertakwa, hatinya bersih, tidak ada dosa, melampaui batas, dengki dan iri padanya» (HR.Ibnu Majah)
Peradaban Islam datang membawa cahaya spiritual, dan pada waktu yang sama tidak melupakan dan mengabaikan materi. Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dari materi dan ruh, dan memberinya segala hal yang mendukung kelangsungan hidupnya dari dua sisi, materi dan spiritual. Ia memfasilitasi jasmani dengan lingkungan yang baik agar ia dapat hidup di permukaan bumi dan Ia menyiapkan kebutuhan rohani berupa wahyu yang datang dari langit dan turun kepada manusia melalui tangan seorang rasulullah. Allah Ta’ala berfirman tentang penciptaan manusia dari materi dan ruh
{Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud} [QS. Al Hijr:28-29]
Ruh dan jasmani adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain, ia tidak dapat terpisah kecuali dengan kematian. Dan masing-masing, baik ruh maupun jasmani memiliki kebutuhan-kebutuhan. Jasmani akan dapat hidup dengan makanan, minuman dan pakaian, jika salah satunya tidak terpenuhi maka yang lainnya akan terpengaruh, jika manusia mengabaikan makanannya maka ia akan lemah dan binasa, ia tidak dapat hidup dengan baik dan normal, demikian juga halnya dengan makanan dan pakaian.
Mengabaikan salah satu dari kebutuhan-kebutuhan jasmani akan berakibat fatal baginya, ia tidak dapat hidup, kebutuhan lain tidak dapat membantunya untuk hidup dengan tenang. Demikian juga dengan ruh, memiliki kebutuhan-kebutuhan. Ia tidak dapat hidup tanpa cinta, pemberian dan pengorbanan. Bagaimana bisa ruh hidup sementara ia tidak mendapatkan Tuhan yang ia sembah, cinta, harap, takut dan lari berlindung kepada-Nya?! Bagaimana bisa ruh hidup sementara hatinya runtuh, tidak mendapatkan Tuhan yang ia bersandar kepada-Nya, atau ia tidak mendapatkan kesejahteraan, pemberian, kebersihan hati dan kasih sayang diantara manusia?! Jika manusia lalai dalam memenuhi kebutuhan rohaninya, ia seperti melalaikan makanan dan minumannya, bagaimana bisa ia dapat hidup dengan nyaman, bagaimana bisa kondisinya bisa tenang sementara setengah bagian dari dirinya merintih kesakitan?! Sangat disayangkan, peradaban barat melupakan kebahagiaan rohani sehingga ia sengsara di dunia ini, padahal kehidupannya sangat gemerlap. Peradaban moderen adalah peradaban yang cukup mengesankan dalam memenuhi kebutuhan jasmani dan materi, namun lupa atau sengaja lupa bahwa jasmani tanpa rohani tidak menjamin kebahagiaan dan keberuntungan serta ketenangan, bahkan bukanlah sebagai peradaban yang sesungguhnya
Telah diketahui bersama bahwa realisasi hak-hak asasi manusia adalah ukuran untuk mengetahui sejauh mana komitmen sebuah Negara terhadap prinsip-prinsip keadilan dan menjaga hak-hak rakyat dan kebebasannya.
Peradaban Islam telah diresmikan sebagai contoh unggul dalam menjaga hak-hak asasi manusia, peradaban Islam yang agung itu tidak hanya sekedar slogan-slogan kosong saja. Oleh karena itu, dalam Islam, hal yang paling menonjol yang membedakan hak asasi manusia adalah sebagai berikut:
1. Sumber hak-hak asasi ini dibangun di atas prinsip bahwa kedaulatan dan perundang-undangan milik Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Ta’ala berfirman
{Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik} [QS. Al An’am:57]
Maka proyek Islam memandang hak-hak asasi sesusai pandangan Allah terhadap ciptaan ini dan sejauh mana apa yang maslahat baginya.
2- Konstan. Tidak berubah-ubah dengan perubahan waktu dan kondisi.
3- hak-hak asasi mengacu pada sikap ihsan. Hak-hak asasi dalam Islam lahir dari sikap ihsan, dimana seorang hamba terkontrol oleh rasa takut kepada Allah Ta’ala, dan inilah sikap ihsan yang disabdakan oleh Nabi: «Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka (ketahuilah bahwa) Ia melihatmu» (HR.Muslim)
4- Keselarasan dan saling melengkapi antara hak-hak asasi manusia dengan karakter agama ini. Islam tidak membiarkan hak-hak itu kosong, namun menjadikannya dalam suasana dan koridor hukum-hukum Islam, dalam pandangan tujuan mulia syariat, dikaitkan dengan adab-adab dan etika syariat, dan melanggar adab-adab tersebut berarti melanggar hak-hak ini, pada akhirnya hak-hak ini dikaitkan dengan agama dan sumbernya berasal dari Allah. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai kewajiban bagi setiap individu muslim, tidak sekedar hak-hak semata; maka, bangunan hak-hak asasi dalam Islam adalah bangunan yang saling melengkapi, selaras dengan karakter agama ini.
5- Hak-hak asasi manusia dalam Islam terpancar dari prinsip bahwa kepemimpinan sebuah masyarakat adalah cabang dari kepemimpinan person-personnya, bukan sebaliknya sebagaimana kondisi aturan-aturan konvensional. Allah Ta’ala berfirman
{Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah- olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul- rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi} [QS. Al Maidah:32]
6- Islam lebih dahulu mengatur hak-hak asasi manusia dari yang lainnya. Hak-hak asasi yang telah dijamin oleh Islam untuk manusia ini tidak terealisasi setelah terjadinya perang pemikiran atau revolusi dan tuntutan untuk itu sebagaimana realita sejarah hak asasi manusia dalam hukum demokrasi dan sebab-sebab lahirnya, sebagaimana kondisinya di Perancis, Amerika dan negara-negara lain. Prinsip-prinsip hak asasi manusia serta aturan-aturannya telah terdapat dalam wahyu dari sisi Allah Ta’ala tanpa diawali dengan perbincangan seputarnya atau pandangan kepadanya atau perseteruan untuk mendapatkannya.
7- Realistis dan bersinggung langsung dengan kehidupan serta memenuhi kebutuhan manusia; berbeda dengan hak-hak dalam undang-undang asing yang terpoles dengan polesan filsafat.
8- Ada beberapa hal dari hak-hak asasi manusia dalam syariat Islam yang tidak terdapat dalam aturan lain, diantaranya yang paling menonjol: hak kedua orang tua dan kerabat terhadap anak, hak kerabat, hak janin, hak pribadi dalam pendidikan agama dan duniawi, hak mendapatkan pekerjaan yang dibolehkan syariat dan larangan praktek riba, hak mengajak kepada kebaikan dan amar makruf dan nahi munkar.
9- Pemaparan Islam tentang permasalahan hak asasi manusia berbasis pada kehormatan seorang manusia dan membangkitkan perasaan emosional untuk beriman kepada Allah Ta’ala, beda dengan sumber-sumber lain, dan berbasis pada konsep bahwa Allah Ta’ala menundukkan segala apa yang ada di alam ini untuk kemaslahatan manusia sejalan dengan keselarasan yang saling menyempurnakan dalam sistem kehidupan, dan bukan rahasia bahwa sejarah tidak menyaksikan dalam suatu masa ada peradaban yang merealisasikan hak-hak asasi manusia tanpa memperimbangkan kemaslahatan, karena betapa mudah mengkapanyekan slogan- slogan ketika diperindah dan disuarakan serta dituliskan pada spanduk- spanduk, namun betapa sulit mengungkap atau menerawang kebohongan di baliknya dan niat-niat yang tersembunyi di belakangnya ketika pencetus-pencetusnya lebih rendah dari tingkat meragukan
Kendatipun peradaban yang telah merata pada manusia dengan diutusnya rasulullah, namun timbul pertanyaan tentang sebab keterbelakangan umat Islam dan kondisinya tetap begitu saja hingga hari ini, padahal peradaban Islam cukup maju?! Namun itu tidak mengherankan jika kita tahu bahwa kondisi umat Islam hari ini tidak mewakili hakikat agamanya. Banyak diantara mereka merasakan keterbelakangan ketika mereka meninggalkan prinsip-prinsip agamanya dan apa yang terdapat dalam kitab sucinya serta sunnah nabinya. Padahal, dunia tidak mengenal adanya peradaban yang lebih menjanjikan kebahagiaan bagi seluruh manusia seperti peradaban Islam, cukup sejarah sebagai bukti dan pengakuan orang- orang jujur hingga dari kalangan non muslim, dengan demikian engkau tahu sejauh mana kerugian umat Islam dengan kemerosotan umat Islam!